Selasa, 06 Desember 2011

Karaeng Pattingalloang


Karaeng Pattingalloang... Yah, ia adalah seorang cendikiawan dan diplomat asal Makassar pada abad ke-17. Ia menguasai banyak bahasa asing diantaranya adalah bahasa Latin, Yunani, Italia, Perancis, Belanda, Portugis, Denmark, Arab, dan beberapa bahasa lainnya.

Karaeng Pattingalloang bernama lengkap I Mangadacinna Daeng Sitaba Sultan Mahmudn Karaeng Pattingalloang, salah seorang putera dari Raja Tallo IV I Mallingkaang Daeng Nyonri Karaeng Matoaya diantara 29 orang bersaudara. Karaeng Pattingalloang adalah seorang Mahasarjana tanpa gelar dan tittle karena pada saat itu belum ada sekolah maka ia belajar secara otodidak. Namun dibalik itu karena kercerdasannya ia menjadi salah seorang ilmuan yang sangat disegani dan dianggap sebagai Galileo Of Macassar.

Meskipun namanya tidak setenar Sultan Hasanuddin, Sultan Alauddin, dan juga Syekh Yusuf, namun pada masa kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo tidak terlepas dari peranan yang dimainkan oleh Karaeng Patingalloang yang juga menjabat sebagai Mangkubumi Kerajaan yang berkuasa 1639-1654. Karaeng Pattingalloang sukses menjadikan Kerajaan Gowa-Tallo menjadi salah satu kerajaan yang besar diNusantara lewat sains yang ia kuasai secara otomatis membawa Makassar tercatat sebagai kota/bandar terbesar sebagai pusat ibu kota saat itu, telah berkembang menjadi bandar niaga yang amat ramai di kunjungi, baik oleh pedagang-pedagang kerajaan lain diNusantara maupun oleh bangsa-bangsa asing. Dan malahan dianggap Malaka kedua sesudah Portugis menduduki Malaka (1511).

Pada tahun 1646, Alexander Rhodes seorang misionaris Katholik pernah menulis tentang Karaeng Pattingalloang, antara lain sebagai berikut: “Karaeng Pattingalloang adalah orang yang menguasai semua rahasia ilmu barat, sejarah kerajaan-kerajaan Eropa dipelajarinya, tiap hari dan tiap malam ia membaca buku-buku ilmu pengetahuan Barat. Mendengarkan ia berbahasa Portugis tanpa melihat orangnya, maka orang akan menyangka, bahwa orang yang bercerita itu adalah orang Portugis totok dari Lisabon” dan konon katanya pernah didirikan sebuah Universitas Pattingalloang pada saat itu.

Bukan hanya buku-buku yang gemar dikumpulkannya, tetapi juga pelbagai macam benda-benda yang penting untuk ilmu pengetahuan seperti globe (bola dunia), peta dunia dengan deskripsi dalam bahasa Spanyol, Portugis dan bahasa Latin, buku ilmu bumi, atlas. Karaeng Pattingalloang juga menyukai hadiah orang-orang asing mulai yang berupa kuda, antelope, gajah sampai senjata api, dan sebagainya.

Pada globe yang terbuat dari tembaga, yang dihadiahkan oleh VOC kepada Karaeng Pattingalloang, penyair terkenal Belanda Jost Van Den Vondel pada masa itu, telah menaruh kalimat pujian bahwa beliau adalah “seorang yang otaknya selalu mencari-cari dan seluruh dunia terlalu kecil baginya”. Pada tahun 1652 sebuah perahu Inggris menyerahkan teleskop “Galilean Prospechtive Glass” ciptaan Galilea kepada Raja Gowa Sultan Malikussaid, yang dipesan dan dibeli oleh Raja Sultan Alauddin sebelumnya, tahun 1653.

Tidak sampai disitu dalam hal politik Karaeng Pattingalloang pernah bertutur seperti yang tercatat didalam Lontara Pa’pasanna Gowa, terdapat beberapa pesan Karaeng Pattingalloang yang walaupun usianya sudah mencapai ratusan tahun tetapi masih cocok diterapkan atau juga masih berlaku hingga saat ini. Diantaranya adalah pesan mengenai “lima sebab hancurnya sebuah negeri ” yang terkenal itu, atau dalam bahasa Makassar “Lima Pammangjenganna Matena Butta Lompoa” yaitu antara lain:
  1. Punna tenamo naero nipakainga karaeng mangguka (Jika raja yang memerintah tidak mau lagi dinasihati).
  2. Punna tenamo tnmangngaseng ri lalang parasangnga (Jika tidak ada lagi kaum cerdik cendikia di dalam negeri).
  3. Punna tenamo gan lompo ri lalang parasanganga (Jika sudah terlampau banyak kasus di dalam negeri).
  4. Punna angngallengasemmi soso pab-bicaraya (Jika sudah banyak hakim dan pejabat kerajaan suka makan sogok).
  5. Punna tenamo nakamaseyangi atanna mangguka (Jika raja yang memerintah tidak lagi menyayangi rakyatnya).
Juga pesan-pesan Karaeng Pattingalloang lainnya seperti halnya pesan mengenai KATOJENGANG : “NIKANAYA KATOJENGANG SANGRAPANGI BULO SIPAPPA, NIONJOKI POKO’NA AMMUMBAI CAPPA’NA, NIONJOKI CAPPA’NA GIOKI POKO’NA”. (Suatu kebenaran ibarat satu batang bambu, bila diinjak pangkalnya muncul pucuknya, demikian halnya bila diinjak pucuknya akan muncul pangkalnya).

Jika melihat dari pesan diatas dan dibandingkan dengan negara kita tercinta ini entah bagaimana...
Semoga sedikit informasi tentang Karaeng Pattingalloang ini bisa menjadi semangat bagi kita dalam membangun negeri yang hebat dimasa depan...!!!
Sekian...

0 komentar:

Posting Komentar